Powered By Blogger

Senin, 20 Juni 2011

mengenal dunia ABG

Ribut-ribut Dengan si ABG

 18 FEBRUARY 2011 MAWADDAH NO COMMENT
Yang dulu masih kecil, kini sudah mulai ABG?  Jangan heran jika keributan kecil mulai muncul diantara Anda dan dia!
Si kecil sudah berusia 9 atau 10 tahun?  Siap-siap…!  Ia sudah mulai memasuki masa ABG atau Anak Baru Gede.  Banyak perubahan terjadi saat menghadapi si ABG.  Anak yang tadinya tampak baik, penurut, gembira, terbuka, tiba-tiba jadi berubah 180˚ menjadi anak yang sulit diatur, temperamental, tertutup dan yang paling kerap terjadi adalah si kecil yang kini sudah mulai besar makin berani melawan kata-kata orangtua.  Sehingga sering timbul ribut-ribut dengan mereka di rumah.
Saat-saat ini seakan-akan kita sebagai orangtua tidak lagi dipedulikan.  Si kecil jadi lebih mendengarkan kata teman-temannya.  Anjuran, nasehat, perkataan orangtua selalu dianggap salah dimata mereka.  Semua itu benar-benar sebuah tantangan yang mengasah kesabaran kita sebagai orangtua.  Bagaimana memahami anak usia ini?
Pertama rasanya kita harus melakukan introspeksi diri.  Bagaimana pola komunikasi yang biasa kita lakukan pada si kecil selama ini.  Apakah kita biasa memerintah, tidak mau mendengarkan kata-kata mereka, menyalahkan, membandingkan, mencap/ melabel, mengancam, mengomel, menyindir, mengritik?  Biasanya anak akan merekam teknik dan gaya komunikasi kita dan bukan isi pesannya.  Perhatikan gaya si kecil bicara sekarang.  Apakah mirip dengan cara kita bicara selama ini?  Karena anak adalah guru yang menjadi cermin bagi kita—orangtua–untuk mempelajari diri sendiri.
Pernahkah kita menjadi pendengar aktif bagi mereka?  Atau mengabaikan kebutuhan anak mengekspresikan perasaannya? Memperhatikan emosi yang tercermin dari bahasa tubuh mereka?  Pada dasarnya semua orang butuh untuk dikenali, didengar, diterima, dimengerti dan dihargai, sama seperti anak-anak kita.  Selama ini kita terlalu sibuk dengan diri kita sendiri sehingga terkadang menjadikan anak sebagai obyek dan bukan subyek.  Kita ingin anak menjadi seperti bayangan ideal kita tanpa memperhatikan kebutuhan mereka.  Sehingga hubungan menjadi satu arah saja, dari kita ke mereka.
Belum terlambat.  Mulailah menjadi orangtua yang peka terhadap kebutuhan mereka.  Coba untuk menahan diri untuk tidak merasa selalu lebih tahu dari si anak, tahanlah keinginan untuk ikut berbicara saat anak berbicara, atau membuat penilaian diawal sebelum semua permasalahannya menjadi jelas.  Tunjukkan raut muka yang bersahabat dan simpatik, sehingga si kecilpun akan merasa nyaman berbicara dengan Anda.
Setelah itu biasakan untuk tidak langsung mencoba untuk menjadi penyelamat hidup si ABG dengan memberikan nasehat panjang lebar.  Jadikan diri Anda sebagai cermin bagi dia untuk menemukan langkahnya sendiri.  Ajak mereka berdiskusi dan tanyakan pendapatnya dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.  Cara ini membuatnya merasa dihargai sehingga ia akan mau lebih terbuka.  Selain itu ada beberapa cara berbicara dengan mereka yang dapat dicoba, antara lain:
  1. Jangan terlalu banyak menggunakan kata; ‘kamu’. Karena kata-kata yang dimulai dengan kamu terhadap mereka, umumnya akan berakhir dengan kata-kata yang bersifat menghakimi.  Misalnya, “Kamu tuh kok ngelawan sih kalau dibilangin!” Gunakan kata-kata yang lebih bersahabat, seperti sayang, nak atau sebut saja namanya.
  2. Hilangkan kata-kata ‘tidak pernah’, ‘selalu’, dan ‘harus’ dalam pembicaraan Anda dengan si ABG.  Karena kata-kata ini akan membuat mereka merasa perbuatan baik atau prestasi mereka selama ini tidak ada artinya, karena disamaratakan semua menjadi kurang baik.
  3. Jangan tunjukkan bahasa tubuh yang tidak bersahabat, seperti menunjuk muka, mengrenyitkan dahi, berkacak pinggang, cemberut, melotot saat anak mau mulai berbicara.  Bahasa tubuh Anda akan membuat mereka enggan meneruskan pembicaraannya.
  4. Jangan berteriak, atau meninggikan suara saat Anda berbicara berhadap-hadapan dengan anak Anda. Apalagi memukul atau melukai mereka secara fisik sekesal apapun Anda.  Jika merasa tidak dapat menahan emosi, tunda dulu pembicaraan dengan mereka.  Tunggu sampai Anda merasa tenang baru ajak dia berbicara baik-baik.
  5. Jangan membongkar-bongkar masa lalu anak.  Mungkin saja mereka pernah melakukan kesalahan, namun jika sudah diselesaikan dengan baik, janganlah dibongkar ulang saat kesalahan berikutnya. Waktunya untuk memaafkan dan maju dengan apapun yang ada di depan Anda berdua.
  6. Jangan pernah memotong pembicaraannya. Hargai apa yang ingin disampaikan.  Biarkan ia menyelesaikan pembicaraan terlebih dahulu.
  7. Jangan pernah berasumsi bahwa Anda selalu benar.  Coba dengarkan si kecil, telaah masalahnya dengan kepala dingin.  Siapa tahu kali ini Anda salah?!
  8. Jangan mendendam, atau menyimpan pertanyaan.  Maafkan dan lepaskan apa yang mengganjal dalam hati Anda.  Cobalah untuk selalu berpikir positif pada si kecil.[esthi]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar