Powered By Blogger

Senin, 20 Juni 2011

Jadikan Aku Sahabatmu
Setiap hari di televisi, koran, radio, dan berbagai media kita selalu mendapat kabar tentang fenomena kehidupan terkini. Segala bentuk cerita negatif, kejahatan, perilaku-perilaku menyimpang, fenomena kenakalan remaja, dan masih banyak peristiwa dihadirkan oleh media massa. Gambaran-gambaran peristiwa yang pastinya membuat setiap orang tua akan selalu khawatir jika anak-anaknya terpengaruh atau bahkan terjebak di dunia negatif tersebut.
Dalam sebuah keluarga, ibu mempunyai peranan penting sebagai filter bagi anak-anaknya dari lingkungan negatif di luar sana. Upaya ibu untuk menjaga anak dari pengaruh negatif tidak dapat dilakukan secara instan. Hal ini memerlukan proses panjang. Bahkan sejak awal anak dilahirkan. Setiap fase perkembangan anak mempunyai perlakuan yang berbeda. Dan orang tua terutama ibu mempunyai peranan penting di masing-masing fasenya.
Sejak dini seorang anak harus diajarkan dan diberi pengertian tentang agama dan akhlak yang baik. Di sini peranan orang tua menjadi teramat penting, karena 5 tahun pertama seorang anak cepat sekali menyerap informasi dari luar dirinya. Fase ini dinamakan Golden Moment bagi seorang anak. Orang tua harus memberitahukan mana yang baik dan tidak kepada seorang anak. Anak adalah seorang copycat yang ulung, dan mereka cenderung meniru apa yang dilakukan orang-orang di sekelilingnya. Dalam fase ini, metode yang paling tepat adalah mencontohkan.
Misal untuk hal-hal yang sederhana seperti berdoa sebelum makan, sebelum masuk rumah harus mengucapkan salam, saat bertemu orang yang lebih tua harus mencium tangan tanda menghormati, atau menempatkan barang-barang yang telah digunakan di tempat semula. Semua itu harus dicontohkan oleh orang tua. Dengan demikian anak dapat meniru hal-hal baik yang dilakukan orang tuanya.
Menginjak usia yang lebih dewasa, berkisar 5-12 tahun, pengenalan tentang baik dan buruk, akhlak yang baik, dan perilaku yang sopan dapat dilakukan dengan lebih intens. Dalam tahapan ini orang tua dapat menggunakan metode diskusi dengan anak tentang berbagai hal. Misalnya tentang aturan-aturan yang ada di rumah, jam berapa mereka harus tidur, tentang kewajiban beribadah, dan lain-lain.
Orangtua tidak dapat begitu saja memberikan aturan kepada anak tanpa dibarengi dengan penjelasan. Orang tua dan anak harus duduk bersama untuk membahas segala peraturan. Semuanya harus dijelaskan secara rasional, tentunya sesuai dengan usia mereka. Sehingga mereka mengerti dan memahami setiap apa yang boleh dan tidak ia lakukan. Khusus mengenai penanaman akhlak terpuji sejak dini, anak memang harus diajarkan mengenai agama, ibadah sejak kecil.
Tapi baiknya hal tersebut tidak diajarkan dengan otoriter. Tapi orang tua harus menemukan cara agar sang anak mengerjakan ibadah, berbuat baik, dll karena ia mencintai agamanya, mencintai Tuhannya. Bukan karena takut kepada orang tuanya.
Dalam fase yang sama baiknya orang tua menerapkan reward and punishment kepada anak. Jika sang anak telah melaksanakan semua kewajiban dan peraturan yang disusun bersama maka anak tersebut dapat memperoleh penghargaan. Penghargaan dapat berbentuk apapun sesuai kesepakatan di awal. Sebaliknya jika mereka lalai terhadap kewajibannya dan melanggar aturan, maka sang anak mendapat hukuman.
Ada baiknya hukuman di sini, bukanlah hukuman fisik, tapi hukuman yang dapat membuat sang anak mampu mengambil hikmah dari kesalahannya. Orang tua dapat melakukan metode ini seperti sebuah permainan. Tentunya orang tua juga diharapkan turut terlibat aktif dalam proses ini. Sehingga sang anak juga merasa tidak sendirian melakukan semuanya.
Menginjak usia remaja, orang tua terutama ibu, harus menambah lagi peranannya kepada anak. Ibu tidak hanya sebagai ibu tempat bercurah kasih sayang dan perhatian. Tapi ibu juga harus dapat menjadi teman bagi anaknya. Karena usia-usia remaja adalah usia yang rawan terpengaruh pada hal-hal negatif. Jika sejak awal orang tua telah menanamkan akhlak dan moral yang baik pada anak, di fase-fase inilah semua itu diuji. Apakah sang anak akan terpengaruh pada hal-hal negatif itu atau tidak.
Di sinilah fungsi monitor yang terpenting harus dilakukan oleh Ibu. Mengapa seorang ibu harus menjadi teman dan sahabat bagi anaknya? Hal ini dikarenakan hampir sebagian waktu dari sang anak akan dihabiskan di luar rumah untuk sekolah dan kegiatan ekstra lainnya. Dan ketika ibu memposisikan diri sebagai teman dan sahabat bagi anaknya akan mempermudah ibu untuk memonitor perkembangan anak di luar rumah.
Sebagai Ibu, anda harus meluangkan waktu untuk berbincang dengan anak tentang apa saja. Jadilah pendengar yang baik bagi semua keluh kesah anak. Coba pahami kehidupan sosialnya, musik apa yang sedang disukai, tempat tongkrongan favorit, fashion yang up to date bagi mereka, siapa yang sedang ditaksir, dan lain sebagainya.
Anda harus membuat diri anda sebagai tempat yang paling nyaman bagi anak untuk menceritakan kisah-kisahnya di luar rumah. Jika saat dia bercerita ada hal yang kurang berkenan dengan anda, jangan langsung menyalahkan anak. Tapi diskusikan positif dan negatifnya, sehingga anak tidak merasa terintimidasi.
Ibu memang tidak bisa mengendalikan apa yang terjadi di luar rumah. Yang dapat Ibu lakukan adalah berada sedekat mungkin dengan sang anak, baik secara fisik maupun emosional. Sehingga sekecil apapun hal yang terjadi pada sang anak, anak tersebut dapat menyampaikan kepada Ibunya tanpa harus takut dan ragu. Ibu harus menjadi orang yang berada di garda paling depan untuk mendukung sang anak di saat-saat apapun.
Dengan demikian anak tidak akan merasa sendiri. Dan ibu harus dapat menjadi ibu yang dicintai anaknya. Konon katanya, jika seorang anak begitu mencintai ibunya begitu pula sebaliknya, anak tersebut akan berpikir dua kali untuk melakukan hal-hal yang mungkin akan menyakiti perasaan ibunya.
Dengan cara menjadi sahabat dari sang anak, bukan menjadi sosok yang otoriter, orang tua akan mampu membentuk karakter anak menjadi sosok yang lebih baik dan bertanggung jawab. Ada tiga tipe pengasuhan terhadap anak, jika sang orang tua bersikap otoriter terhadap anak maka sang anak menjadi sosok yang penakut, tidak percaya diri, dan apatis. Jika orang tua bersikap memanjakan sang anak, semua keinginannya dipenuhi, maka anak akan menjadi sosok yang tidak bertanggung jawab, manja, keras kepala, dan mau menang sendiri.
Cara yang paling tepat adalah menempatkan anak pada posisi sejajar, semua peraturan, kewajiban, dan penanaman baik dan buruk dalam kehidupan diberikan dengan cara dialog dan diskusi. Dengan cara ini anak leluasa mengemukakan pendapatnya, tanpa harus takut pendapat-pendapat itu akan dimatikan oleh orang tua. Dan orang tua juga berada dalam posisi sebagai sahabat dari mereka. Sehingga antara orang tua dan anak terjalin komunikasi yang baik dan kedekatan secara emosional.
Masa-masa remaja adalah masa yang paling penting dalam kehidupan seorang anak. Di masa inilah, harapan terakhir bagi orang tua untuk menanamkan hal-hal baik pada anaknya. Jika anak-anak mampu melewati masa remajanya dengan hal-hal positif, anak akan tumbuh menjadi sosok dewasa yang baik dan bertanggung jawab atas kehidupannya. Dan orang tua terutama Ibu baiknya menjadi bagian terpenting dalam masa-masa tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar