Powered By Blogger

Senin, 20 Juni 2011

Fakta Tentang ABG Masa Kini


66% remaja putri usia sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) tidak lagi perawan. Data ini beradasar hasil Survei Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) yang dilakukan secara nasional.
Itu artinya remaja zaman sekarang rentan terhadap seks bebas dan narkoba akibat kurang kontrolnya terhadap perkembangan teknologi informasi yang menyebar secara bebas.
“Jika teknologi informasi yang berkembang pesat saat ini tidak dilakukan kontrol dan pemahaman dengan baik, akan menjadi titik awal mula seks bebas dan penyalahgunaan narkoba,” ujar Pemerhati Kesehatan Reproduksi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Aisyiah Surakarta, Maryatun pada seminar tentang “Kesehatan Reproduksi Remaja dan Narkoba” di Sukoharjo.
Menurut Maryatun, pada saat usia-usia remaja ini, satu dari tujuh anak laki-laki sudah mulai coba-coba, baik terhadap seks, rokok, maupun narkoba.
Dengan demikian, sangat mungkin terjadi peningkatan angka kejahatan reproduksi dan penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja saat ini.
“Misalnya soal kehamilan usia dini atau kehamilan akibat tindak kejahatan, dan perilaku seks bebas yang terjadi pada remaja,” katanya.
Menurut survei, katanya, saat ini didapati bahwa usia rata-rata pernikahan terjadi pada umur 19 tahun.
“Hal ini tentu sangat bahaya dan tidak baik terhadap kesehatan reproduksi, karena seluruh organ reproduksi belum terbentuk sempurna,” katanya.
Ia mengatakan, pernikahan secara ideal mulai pada usia 21 tahun. “Terkait hal tersebut, saat ini kami memang gencar melakukan penyuluhan bagi para pelajar mengenai pemahaman akan pentingnya menjaga kesehatan reproduksi remaja dan bahaya narkoba,” katanya.
Sebagai seorang ibu yang pintar buat anaknya kita dituntut untuk benar-benar tahu bagaimana menghadapi setiap kondisi anak. Terutama tentang tumbuh kembang anak dan kesehatan anak. Bayi dan anak-anak rentan sekali terserang penyakit makanya tak heran kalau sering sekali mereka demam. Jadi sebagai orang tua kita harus belajar dan tahu tentang apa itu demam. Liyut akan berbagi pembahasan dari dr. Tri Rejeki Herdiana di Liputan 6 soal menangani demam pada si kecil.

Demam pada bayi

Demam adalah peningkatan suhu tubuh melebihi normal. Temperatur normal tubuh berkisar antara 36-38 derajat celcius. Anak Anda mengalami demam apabila dengan pengukuran suhu temperatur :
Termometer pada rektum atau anus melebihi 38 derajat celcius
Termometer pada mulut melebihi 37,5 derajat celcius
Termometer pada ketiak melebihi 37 derajat celcius

Apa Penyebab Demam?
Demam terjadi ketika “termostat” dalam tubuh meningkatkan temperatur tubuh di atas batas normal. Termostat ini berada di salah satu bagian otak yang disebut dengan hipotalamus. Hipotalamus akan mengatur temperatur tubuh yang sesuai dan akan mengirimkan sinyal ke tubuh untuk menjaga temperatur normal.

Terkadang hipotalamus akan “mengatur” temperatur tubuh menjadi lebih tinggi sebagai respon terhadap infeksi, penyakit, dan penyebab lainya. Para peneliti mengemukakan bahwa peningkatan temperatur tubuh merupakan cara tubuh untuk melawan kuman yang menyebabkan infeksi dan membuat tubuh sebagai tempat yang tidak nyaman bagi kuman tersebut.
Demam merupakan suatu gejala dan bukanlah penyakit. Demam dapat disebabkan karena infeksi, kondisi yang terlalu panas, imunisasi, dan penyebab lainnya.
Bagaimana mengukur suhu pada anak?
Mengukur suhu dengan menggunakan tangan pada dahi, pipi, atau perut anak bukanlah cara yang baik untuk mengukur demam. Anda sebaiknya mengukur peningkatan suhu pada anak menggunakan termometer untuk meyakinkan bahwa anak Anda terkena demam. Jenis termometer di antaranya adalah termometer raksa, termometer digital, dan termometer timpanik yang diletakkan pada telinga. Cara pengukuran termometer raksa di antaranya adalah :

Read More »

Tips Memilih Dokter Anak

April 12th, 2011

Dokter Anak
Sebagai orang tua ingin anaknya selalu sehat tapi tumbuh sehat bukan berarti tidak butuh dokter anak. Beberapa ibu sering mempunyai masalah soal ketidakcocokannya sama dokter anak yang mereka datangi dan tak jarang juga bayi atau anak yang tidak cocok sama dokternya. Terus bagaimana cara memilih dokter anak yang sesuai kriteria yang sesuai dengan orang tua dan anak.

Saatnya menjadi orang tua yang cerdas dalam menghadapi dokter dan menangani kesehatan anak, Beda orang, beda pula informasi tentang seorang dokter. Kita harus jadi orang tua pasien yang pintar dan pilih dokter anak yang baik. Bagaimana caranya?
- Pilih dokter yang direkomendasikan atas dasar profesionalisme yang bersangkutan, bukan atas ramainya pasien atau mujarabnya obat yang diberikan
- Jam praktik yang memungkinkan orang tua untuk mendampingi anak, terutama jika kedua orang tua bekerja
- Punya sistem pengaturan dokter pengganti, apabila dokter tersebut tidak berada di tempat
- Idealnya, dokter tersebut mempunyai akseske rumah sakit sehingga dapat memberi rujukan jika diperlukan
- Pilih dokter yang terbuka, informatif, ramah termasuk bahasa tubuhya serta mau mendengarkan dengan ikhlas dan tanpa buru-buru sehingga anda nyaman bertanya dan berdiskusi
- Pilih dokter yang mau meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan anak dan berusaha mengenal lebih dekat dengan si kecil. Termasuk sabar menunggu ketika si kecil ketakutan
- Cari tahu apakah dokter tersbut memiliki persamaan persepsi dalam pengasuhan anak. Misalnya soakl pemberian antibiotik yang rasional dan juga kehati-hatian dalam pemberian obat.

Demi kesehatan dan perkembangan si kecil, orang tua wajib bertanya banyak hal dan berdiskusi dengan dokter anak. Kebanyakan orang tua hanya pasrah dan menuruti kata dokter tanpa banyak bertanya
Tidak ada salahnya sebagai orang tua harus benar-benar teliti dalam menentukan apa saja yang berhubungan dengan anak. Kunci jadi orang tua yang sukses membesarkan anak adalah selalu mau belajar dan belajar.

Read More »

Tips Cegah Biang Keringat Pada Anak

April 19th, 2011

Biang keringat
Cuaca yang tidak menentu ini tidak hanya berimbas pada orang dewasa, tapi juga pada anak-anak. Mereka biasanya jadi mudah terkena biang keringat. Kalau anak terserang biang keringat biasanya anak jadi tidak nyaman dan membuat anak jadi rewel. Berikut beberapa kiat untuk menghindari anak dari biang keringat yang membandel.
- Bahan Baju
Pakailah baju dengan bahan katun agar keringat mudah terserap.
- Ganti Baju
Segera ganti baju si kecil bila terlihat basah karena keringat.
- Cukup Ventilasi
Anak akan merasa nyaman ketika suhu lingkungan tidak terlalu tinggi. Jika cuaca sangat panas, tidak ada salahnya menyalakan AC atau kipas angin di rumah.
- Batasi popok sekali pakai
Popok sekali pakai memang berdaya serap tinggi. Sayangnya, popok ini juga bisa membuat lembab daerah yang tertutup olehnya. Jadi batasi penggunaannya.
- Cukup Minum
Keringat adalah proses keluarnya cairan dari dalam tubuh. Agar cairan tubuh tergantikan sebaiknya beri air putih yang memadai pada anak, terutama ketika ia
 
Jadikan Aku Sahabatmu
Setiap hari di televisi, koran, radio, dan berbagai media kita selalu mendapat kabar tentang fenomena kehidupan terkini. Segala bentuk cerita negatif, kejahatan, perilaku-perilaku menyimpang, fenomena kenakalan remaja, dan masih banyak peristiwa dihadirkan oleh media massa. Gambaran-gambaran peristiwa yang pastinya membuat setiap orang tua akan selalu khawatir jika anak-anaknya terpengaruh atau bahkan terjebak di dunia negatif tersebut.
Dalam sebuah keluarga, ibu mempunyai peranan penting sebagai filter bagi anak-anaknya dari lingkungan negatif di luar sana. Upaya ibu untuk menjaga anak dari pengaruh negatif tidak dapat dilakukan secara instan. Hal ini memerlukan proses panjang. Bahkan sejak awal anak dilahirkan. Setiap fase perkembangan anak mempunyai perlakuan yang berbeda. Dan orang tua terutama ibu mempunyai peranan penting di masing-masing fasenya.
Sejak dini seorang anak harus diajarkan dan diberi pengertian tentang agama dan akhlak yang baik. Di sini peranan orang tua menjadi teramat penting, karena 5 tahun pertama seorang anak cepat sekali menyerap informasi dari luar dirinya. Fase ini dinamakan Golden Moment bagi seorang anak. Orang tua harus memberitahukan mana yang baik dan tidak kepada seorang anak. Anak adalah seorang copycat yang ulung, dan mereka cenderung meniru apa yang dilakukan orang-orang di sekelilingnya. Dalam fase ini, metode yang paling tepat adalah mencontohkan.
Misal untuk hal-hal yang sederhana seperti berdoa sebelum makan, sebelum masuk rumah harus mengucapkan salam, saat bertemu orang yang lebih tua harus mencium tangan tanda menghormati, atau menempatkan barang-barang yang telah digunakan di tempat semula. Semua itu harus dicontohkan oleh orang tua. Dengan demikian anak dapat meniru hal-hal baik yang dilakukan orang tuanya.
Menginjak usia yang lebih dewasa, berkisar 5-12 tahun, pengenalan tentang baik dan buruk, akhlak yang baik, dan perilaku yang sopan dapat dilakukan dengan lebih intens. Dalam tahapan ini orang tua dapat menggunakan metode diskusi dengan anak tentang berbagai hal. Misalnya tentang aturan-aturan yang ada di rumah, jam berapa mereka harus tidur, tentang kewajiban beribadah, dan lain-lain.
Orangtua tidak dapat begitu saja memberikan aturan kepada anak tanpa dibarengi dengan penjelasan. Orang tua dan anak harus duduk bersama untuk membahas segala peraturan. Semuanya harus dijelaskan secara rasional, tentunya sesuai dengan usia mereka. Sehingga mereka mengerti dan memahami setiap apa yang boleh dan tidak ia lakukan. Khusus mengenai penanaman akhlak terpuji sejak dini, anak memang harus diajarkan mengenai agama, ibadah sejak kecil.
Tapi baiknya hal tersebut tidak diajarkan dengan otoriter. Tapi orang tua harus menemukan cara agar sang anak mengerjakan ibadah, berbuat baik, dll karena ia mencintai agamanya, mencintai Tuhannya. Bukan karena takut kepada orang tuanya.
Dalam fase yang sama baiknya orang tua menerapkan reward and punishment kepada anak. Jika sang anak telah melaksanakan semua kewajiban dan peraturan yang disusun bersama maka anak tersebut dapat memperoleh penghargaan. Penghargaan dapat berbentuk apapun sesuai kesepakatan di awal. Sebaliknya jika mereka lalai terhadap kewajibannya dan melanggar aturan, maka sang anak mendapat hukuman.
Ada baiknya hukuman di sini, bukanlah hukuman fisik, tapi hukuman yang dapat membuat sang anak mampu mengambil hikmah dari kesalahannya. Orang tua dapat melakukan metode ini seperti sebuah permainan. Tentunya orang tua juga diharapkan turut terlibat aktif dalam proses ini. Sehingga sang anak juga merasa tidak sendirian melakukan semuanya.
Menginjak usia remaja, orang tua terutama ibu, harus menambah lagi peranannya kepada anak. Ibu tidak hanya sebagai ibu tempat bercurah kasih sayang dan perhatian. Tapi ibu juga harus dapat menjadi teman bagi anaknya. Karena usia-usia remaja adalah usia yang rawan terpengaruh pada hal-hal negatif. Jika sejak awal orang tua telah menanamkan akhlak dan moral yang baik pada anak, di fase-fase inilah semua itu diuji. Apakah sang anak akan terpengaruh pada hal-hal negatif itu atau tidak.
Di sinilah fungsi monitor yang terpenting harus dilakukan oleh Ibu. Mengapa seorang ibu harus menjadi teman dan sahabat bagi anaknya? Hal ini dikarenakan hampir sebagian waktu dari sang anak akan dihabiskan di luar rumah untuk sekolah dan kegiatan ekstra lainnya. Dan ketika ibu memposisikan diri sebagai teman dan sahabat bagi anaknya akan mempermudah ibu untuk memonitor perkembangan anak di luar rumah.
Sebagai Ibu, anda harus meluangkan waktu untuk berbincang dengan anak tentang apa saja. Jadilah pendengar yang baik bagi semua keluh kesah anak. Coba pahami kehidupan sosialnya, musik apa yang sedang disukai, tempat tongkrongan favorit, fashion yang up to date bagi mereka, siapa yang sedang ditaksir, dan lain sebagainya.
Anda harus membuat diri anda sebagai tempat yang paling nyaman bagi anak untuk menceritakan kisah-kisahnya di luar rumah. Jika saat dia bercerita ada hal yang kurang berkenan dengan anda, jangan langsung menyalahkan anak. Tapi diskusikan positif dan negatifnya, sehingga anak tidak merasa terintimidasi.
Ibu memang tidak bisa mengendalikan apa yang terjadi di luar rumah. Yang dapat Ibu lakukan adalah berada sedekat mungkin dengan sang anak, baik secara fisik maupun emosional. Sehingga sekecil apapun hal yang terjadi pada sang anak, anak tersebut dapat menyampaikan kepada Ibunya tanpa harus takut dan ragu. Ibu harus menjadi orang yang berada di garda paling depan untuk mendukung sang anak di saat-saat apapun.
Dengan demikian anak tidak akan merasa sendiri. Dan ibu harus dapat menjadi ibu yang dicintai anaknya. Konon katanya, jika seorang anak begitu mencintai ibunya begitu pula sebaliknya, anak tersebut akan berpikir dua kali untuk melakukan hal-hal yang mungkin akan menyakiti perasaan ibunya.
Dengan cara menjadi sahabat dari sang anak, bukan menjadi sosok yang otoriter, orang tua akan mampu membentuk karakter anak menjadi sosok yang lebih baik dan bertanggung jawab. Ada tiga tipe pengasuhan terhadap anak, jika sang orang tua bersikap otoriter terhadap anak maka sang anak menjadi sosok yang penakut, tidak percaya diri, dan apatis. Jika orang tua bersikap memanjakan sang anak, semua keinginannya dipenuhi, maka anak akan menjadi sosok yang tidak bertanggung jawab, manja, keras kepala, dan mau menang sendiri.
Cara yang paling tepat adalah menempatkan anak pada posisi sejajar, semua peraturan, kewajiban, dan penanaman baik dan buruk dalam kehidupan diberikan dengan cara dialog dan diskusi. Dengan cara ini anak leluasa mengemukakan pendapatnya, tanpa harus takut pendapat-pendapat itu akan dimatikan oleh orang tua. Dan orang tua juga berada dalam posisi sebagai sahabat dari mereka. Sehingga antara orang tua dan anak terjalin komunikasi yang baik dan kedekatan secara emosional.
Masa-masa remaja adalah masa yang paling penting dalam kehidupan seorang anak. Di masa inilah, harapan terakhir bagi orang tua untuk menanamkan hal-hal baik pada anaknya. Jika anak-anak mampu melewati masa remajanya dengan hal-hal positif, anak akan tumbuh menjadi sosok dewasa yang baik dan bertanggung jawab atas kehidupannya. Dan orang tua terutama Ibu baiknya menjadi bagian terpenting dalam masa-masa tersebut.
Mungkin sebagian orang tidak mengenal istilah ABG, tetapi kaum muda tentunya mengerti betul istilah tersebut. Baiklah, ABG adalah singkatan dari Anak Baru Gede, jadi identik dengan anak-anak yang berumur belasan tahun. Memang apa istimewanya ABG toh, kenapa sampai perlu dibahas di sini?
 
Nah...., ini baru pertanyaan!
 
Anak-anak ABG mulai mengenal eksistensi dirinya. Oleh karena itu mereka biasanya merasa sudah gede (besar), sudah tahu sehingga cenderung ingin bebas dari otoritas orang tua. Perintah-perintah, larangan-larangan bahkan terkadang nasehat orang tua dianggap mengurangi kebebasan, keinginan ataupun "yang mereka anggap hak"untuk melakukan sesuatu yang mereka inginkan.
 
Kecenderungan untuk bebas ini diungkapkan dengan ngambek pada awal mulanya, kemudian dilanjutkan dengan sikap membantah atau menentang yang dapat berkembang ke tahap yang lebih parah yaitu membangkang atas pernyataan, nasehat atau apapun dari orang tua terlepas itu baik atau tidak.
 
Puncaknya adalah pertentangan antara orang tua dan anak yang biasanya menjurus ke hal-hal yang negatif, misalnya: tidak betah di rumah, mulai bergaul dengan hal-hal yang tabu atau terlarang seperti narkoba dan lain-lain dipihak si anak. Dan sebaliknya di pihak orang tua selalu berprasangka buruk, hilangnya kepercayaan, dan selalu marah-marah.
 
Mari kita ambil contoh
 
Si Andi misalnya, anak orang yang berkecukupan, orang tuanya selalu ingin mendapatkan yang terbaik bagi anaknya. Maka si Andi diikutikan kursus piano, bahasa Inggris, melukis, komputer, Mandarin dan lain-lain, sehingga jadwal sehari-harinya menjadi padat dari pagi sekolah hingga les dan mengerjakan pekerjaan rumah (PR) pada sore harinya.
 
Jika kita lihat memang si orang tua bertujuan baik, ingin memberikan yang terbaik bagi anaknya dan si Anak secara tidak disadarinya akan menjadi disiplin mengatur waktu agar dapat mengikuti jadwal hariannya. Ini bisa berakibat positif yaitu karena sibuk sehingga tidak ada waktu untuk melakukan hal-hal yang negatif.
 
Tapi......, di sisi lain bila kita tanya pada si Anak, apakah kamu bangga bisa mempelajari berbagai macam ilmu?
 
Mungkin jawabnya adalah: "Saya stress, capek! Disuruh les ini, les itu, belum lagi PR atau tugas dan ulangan dari sekolah, sungguh menyebalkan tidak ada waktu santai, tambahan saya kan tidak suka piano dan Inggris!"
 
Kita ambil contoh lain yaitu si Billy
 
Billy juga mengalami nasib yang mirip dengan si Andi. Billy dikursuskan Inggris padahal dia suka kursus gitar. Billy pernah protes pada orang tuanya bahwa dia tidak suka kursus Inggris, dia ingin kursus gitar. Tapi si orang tua malah menjawab bahwa Inggris lebih penting dan berguna di kemudian hari daripada gitar. Untuk apa kursus gitar?
 
Dari beberapa contoh kecil (yang saya anggap amat sempit dan kecil dari jutaan masalah yang ada) di atas, sebenarnya benih-benih konflik antara orang tua dan anak sudah mulai terlihat, jika ini terjadi terus menerus dan tanpa disadari akan menumpuk, sehingga tidak jarang suatu saat akan terjadi konflik terbuka.
 
Bagaimana orang tua menyikapinya?
 
Apakah dengan omelan, kemarahan atau bahkan dengan pukulan?
 
Bagaimana pula si ABG menyikapinya?

  1. Dengan menurut walaupun menggerutu dalam hati?
  2. Dengan menentang sehingga terjadilah perang mulut yang diakhiri dengan cap "durhaka" bagi si anak?
  3. Dengan menipu (pura-pura menurut padahal tidak di belakang)?
  4. Dengan lari dari masalah / problem. Hal ini ditandai dengan minggat, mengkonsumsi narkoba dan masih banyak yang lain yang takut saya sebutkan satu persatu?
Eit, tetapi jangan buru-buru mengambil kesimpulan dulu.
 
Kita lihat contoh lain!
 
Charlie, orang tuanya-pun mampu, bahkan boleh dibilang kaya. Orangtuanya-pun ingin yang terbaik bagi anaknya, maka si Charlie diberi kebebasan memilih les / kegiatan (tentu saja yang positif). Soal biaya tentu tidak jadi masalah. Tetapi si Charlie tidak melakukan apa-apa, karena dia bingung mau kursus apa? Pernah dia coba untuk ikutan teman kursus komputer, tapi baru sebulan sudah berhenti, lalu dia coba kursus Inggris , inipun tidak menarik minatnya. Charlie mencoba ikut teman kursus Mandarin, susah lalu berhenti juga. Akhirnya dia berhenti, tidak melakukan kegiatan apa-apa, cuma nonton TV / VCD dan main game saja sepulang sekolah.
 
Sekarang, kita tinjau si Dino, anak orang yang boleh dibilang pas-pasan. Tentu saja orang tuanya tidak mampu membiayai kursus. Tapi Dino ini ingin sekali belajar mesin, jika melihat mesin pikirannya sudah terbang menerawang bahwa dia suatu saat akan dapat membuat mesin ini dan itu. Apa mau dikata, uang tidak ada, maka tidak sampai niat si Dino.
 
Walaupun begitu si Dino, sepulang sekolah, tidak pernah absen untuk nongkrong di depan bengkel yang kebetulan dekat rumahnya. Mula-mula hanya nonton orang bekerja, lama-lama tidak tahan untuk bertanya ini dan itu. Lama-lama dia minta ijin untuk membantu. Karena rajinnya, si pemilik bengkel memberi sedikit upah, yang dikumpulkannya untuk membeli buku-buku mesin.
 
Sekali lagi kasus-kasus ini hanyalah sebagian kecil yang kita hadapi dalam hubungannya dengan ABG.
 
Adakah kita pernah berpikir, bagaimana kita harus bertindak bila kita sebagai orangtua dari seorang anak ABG?
 
Sebaliknya...jika kita sebagai ABG, bagaimana kita harus membawa diri?
 
Apakah bisa hal ini kita hubungkan dengan Tao?
 
Jawabannya: Tentu bisa!
 
Sebenarnya kita bisa mengambil prinsip Wu, Im-Yang dan Ceran / Ziran ( ).
 

KENAPA WU?
 
Sebagai orang tua kita harus Wu. Jaman berubah, kebutuhan berbeda, keinginan orang tidak sama, maka kita harus mengenali watak, bakat dan sifat dari anak kita.
 
Jadi jangan lagi beranggapan bahwa kita yang paling tahu dan paling benar menentukan apa yang terbaik bagi si ABG tsb. Kita dapat memposisikan diri sebagai teman sehingga si Anak merasa senang berdialog dan berdiskusi dengan kita, sehingga pelan-pelan kita bisa mengarahkan mereka untuk berpikir / Wu sendiri untuk hal-hal yang akan dilakukannya.
 
Memang tidak mudah merangsang / mengarahkan anak untuk berpikir Wu, tetapi bila kita berhasil maka kita akan melepasnya dengan tenang jika si ABG sudah dewasa kelak.
 
Sebagai ABG, kita juga harus Wu. Salah satunya adalah "Orang tua tidak akan mencelakakan anaknya sendiri".
 
Prinsip ini kadang terlupakan oleh ABG sehingga apapun yang dilakukan orang tua dianggap hanya membatasi kebebasan saja.
 
Coba berpikirlah lagi, benarkah itu ?????
 
Bagaimana kita dapat mengkompromikan ke-inginan / kemauan kita?
 
Tapi bukan berarti meng-akal-i lho ya!
 
(Sekali berbohong, orang tua akan susah percaya lagi, tambahan pula yang rugi nantinya adalah DIRI SENDIRI).
 
Cobalah ajak berdialog, mungkin pendapat orang tua yang benar dan baik bagi kamu, mungkin pendapatmu benar dan orang tua menyadari itu sehingga akan melepas kamu dengan lega.
 

KENAPA CERAN?
 
Memang Ceran / Alami ( ) ini hal yang paling mudah tetapi sekaligus membingungkan banyak orang.
 
Sebagai orang tua, kita secara "alamiah" memang akan memarahi anak bila ada hal-hal yang buruk apalagi kurang ajar yang dilakukan anak kita.
 
Secara alamiah pula kita merasa bertanggung jawab akan pendidikan dan masa depan anak.
 
Tapi apakah Ceran ( ) nya hanya sampai sebatas itu? Sehingga dengan dasar Ceran ini (orangtua lebih tua, lebih tahu, lebih berpengalaman) kita memaksakan kehendak kita kepada anak karena kita pikir anak kita akan sukses bila menuruti kehendak kita. Ada orangtua yang bahkan mendikte setiap gerak dan langkah anaknya.
 
Apa anaknya robot, ya ?
 
Bukan Ceran ( ) lagi itu namanya!
 
Ceran memang berarti alamiah tetapi arti alamiah ini amatlah luas, maka dalam kehidupan sehari-hari dalam mengaplikasikan Ceran ( ) haruslah dikombinasikan dengan Wu. Dalam contoh orangtua anak ini, kita harus Ceran ( ) dalam mendidik anak dalam arti disesuaikan dengan kondisi, situasi dan kemampuan.
 
Jangan lupa dalam mendidik hal yang paling mendasar adalah memberi contoh, maka dalam kehidupan sehari-hari, perilaku kita adalah contoh Ceran ( ) bagi anak-anak kita.
 
Sebagai ABG:
  • Adalah Ceran ( ) bila kita menghormati dan menuruti nasehat orang tua.
  • Adalah Ceran ( ) juga bila kita mengemukakan apa yang kita mau / inginkan (tentunya dalam batasan yang baik / Wu, karena kelak kita ingin jadi orang yang baik bukan?
Janganlah mengartikan Ceran ( ) ini secara ngawur! Misalnya: "Pah, saya kan sudah gede, Ceran ( ) kan Pah, kalau saya ingin merokok?"
 
Nah , bagaimana kalau kedua point di atas bertentangan?

Bookmark & Share:
Twitter
1. Hindari Social Networking Jika Berdampak Negatif
*INGAT GWA GAK NGELARANG PAKE SOCIAL NETWORKING, KALAU ANDA BISA MENGATUR DIRI ANDA AGAR SOCIAL NETWORKING MEMBERIKAN HAL POSITIF SILAHKAN GUNAKAN DENGAN BAIK DAN BENAR. 
Sejauh ini kalo menurut gwa social networking cuma jadi ajang pamer melalui update status yang kadang bikin orang lain iri  (bahasa gaulnya anak ababil sih "envy" ) dan melakukan hal sama hingga jadinya saling adu kesombongan  trs cyber bullying terhadap seseorang malah sampai pembunuhan karakter . 
Masih inget kasus Rana selain itu ada juga Marsha yg jadi ajang bully-bully user twitter gara2 pernyataan mereka ..
Kalau masih belum bisa memakai SNet scr benar, mending minimalisir penggunaannya. tetep Low Profile aja atau pake Social Networking sebagai silent reader buat nyari info temen2 lo ... gak usah dipake buat show off buat hal yang gak penting yang sejujurnya itu ngebuat orang gak bakal peduli juga ..
satu lagi jgn pernah mengekspos kejelekan orang yang kamu dapat dari Social Networking ... 
Mengekspos Kejelekan orang lain gak bakal bikin lu dipandang lebih baik ..


2. Biarkan Orang Lain Mencari Tahu 
Gak usah pamer dengan background lu siapa misalkan lu anak pejabat atau lu punya pacar/relasi banyak .. pada dasarnya orang lain bakal cari tauk sendiri .cepat atau lambat ... soalnya kebanyakan sifat orang *apalagi remaja* tuh pengen tauk urusan orang (bahasa kerennya sih "Kepo" ) ... walaupun banyak orang yg gak pengen tauk pasti bakal ada hal yang menunjukannya.. sekali lagi tetep low profile ...  
3. Jadi Orang Yang Supel dan tidak Meng"Eksklusif"kan diri
Berteman dengan siapa aja, gak peduli dia anak jalanan, anak religius, anak dugem, anak metal dan sebagainya. Disitu kita bisa belajar berpikiran terbuka mengenai pandangan orang. Kita bakal bisa lebih ngehargain orang lain. Kalau pada umumnya para ABG Labil cuma mau berteman dengan orang yang "sepaham " dengan mereka dan cendrung defensif kalo ada orang yg beda paham ... lalu offensif kalo mereka bener2 gak suka ama orang.. (berasa strategi bola 
4. Berpikir Positif dan Easy Going
Enggak usah peduli kalau ada orang berkata jelek terhadap lu ... selama lu yakin selama ini yang lu lakuin itu benar buat orang banyak ... contoh kayak liriknya Steve & Coconut Trees.
....
I want a day high everyday
n workin on my way
so What the F**K they say2x

People talking
People charging
Althouh they don't know
What their talking about yeahhh

...
dan misalkan masih ada orang yang ngeyel dan cendrung menjadi musuh ...
inget kata-kata dari film The Godfather ...
 "Keep your friends close but your enemies closer" 
dsini kita bakal jadi orang yang lebih diberi respect dri orang lain (kyak Don Corleone 

5. Berpikir Idealis namun Realistis
Gak salah untuk menjadi idealis tapi harus tauk juga kapan realistis ...
Terlalu Idealis juga gak bagus gan ... lu bakal jadi orang yang kaku ...
contohnya Misal ada orang Idealis ikut keorganisasian ... sehingga setiap berpendapat dia merasa paling benar ... kdg orang2 gitu cendrung perfeksionis : .. kebanyakan pasti banyak yang gak suka soalnya dia nganggep dirinya orang sempurna  .. orang yang begitu yang cara berpikir nya masih tertutup ... gk salah kalau berlaku realistis untuk membuka pikiran sehingga bisa menerima pendapat dari orang lain..
6. Menjadi Stylish tapi Gak Usah Lebay
Ngikutin Fashion ? itu gak salah,tapi tiap ada fashion baru diikutin terus ? nah itu baru lebay.
Penampilan itu penting. tuk kesan pertama bgmn orang ngeliat lu ..
tapi abis itu orang bakal ngeliat kharismatik lu ...
T-Shirt Polos , Denim Lokalan, footwear standard  ditambah orang yang make dariawal punya Kharisma gede ...
pasti orang ngeliatnya bakal interest walau barang yg dpake standar2 aja ... meskipun lu pake celana pendek + sendal jepit merk swallow sekalipun .. *contoh bob sadino aja gan 
karena pada umumnya orang kharismatik gak terlihat dari style semata ... gimana gaya bicara dan sifat mereka yang supel ...

percuma klo pake jeans Nudie yg super mahal dengan baju branded aussie ditambah gelang yg katanya buat keseimbangan dan sambil nenteng2 gadget yg punya Broadcast Message... kalo lu orang yang sombong dan gak supel .. turun semua itu harga barang yang lu pake ... 
o iya .. stylish tidak selamanya dalam penampilan .. lu punya pengetahuan luas juga termasuk kok ... 

7. Tahu Bagaimana Cara Bersyukur dan Loyal terhadap Keluarga
naah .. kebanyakan ABG Labil tuh gak tauk cara bersyukur  ...
minta barang ke orang tua gak di kasih malah ngata2in orang tua yang enggak-enggak di social networking  ...
jangan pernah membanding2kan diri lo dengan orang lain ... dan sebaiknya coba liat orang yang keadaannya lebih buruk dari kita agar kita bisa bersyukur apa yang kita punya dan semakin dekatkan diri dengan Tuhan.
Loyal terhadap teman itu boleh ... Loyal terhadap keluarga itu yang utama .. kebanyakan Abg labil ngorbanin kepentingan keluarga buat ngumpul ama temannya .. nah disini yang salah ... kalau mereka bener2 temen lu mereka pasti ngerti kok ..

Inget quote film berikut :
"Because a man who doesn't spend time with his family can never be a real man." -- Don Vito Corleone 

8. Jangan Bangga dengan Hal Buruk
bangga pernah ML ? bangga pernah tawuran ? Baah !  ini nih tanda2 degradasi moral akibat pergeseran budaya ... 
nyari eksistensi bukan begitu caranya mas bro & mbak sis ... Remaja itu harus Progressive ama hal-hal positif ... bukan hal2 yang jelek ...
punya kemampuan positif ? kembangin dan tunjukin ... apalagi masa muda lu dah berpikir Visioner. misal masih muda dah punya Usaha dengan bikin Distro Online, atau bisnis lainnya .. nah itu baru nyari eksistensi yang bener buat dibanggain... tapi walau lu punya kemampuan juga sebaiknya tetep rendah hati .  kembali ke point no. 2 ..